Pages

GALAU

katakan pada malammu betapa kau merindu
katakan pada pagimu mengapa engkau cemburu
katakan pada hatimu betapa kau mencinta
katakan pada sunyimu bahwa kau masih terngiang luka

ragaku letih seletih hatiku
langkahku letih seletih nyanyiku
berserakan syair hatiku tanpa sisa
bertebaran racau batinku tanpa sirna

aku rindu senyummu
aku sembunyikan tawaku
membisu hatiku kelu lidahku
semua tampak bagai batu, diam berdebu

aku simpan tawaku,rinduku,cintaku dan senyummu
simpan dan jangan kau lenyapkan
aku di sini menunggumu
seulas senyum di bibirku
tapi aku tak tahu hatiku

Bangkit? Berhenti?

Aku tidak akan berhenti
Meskipun aku juga tidak bisa berlari

Aku tidak akan mengeluh
Meskipun aku tidak akan bisa berhenti mengaduh

Kedua tangan ini telah terbuka,
Meskipun sekujur telapak penuh luka

Dada ini mulai bernafas seperti biasa,
Meskipun derit menyelinap dalam relungnya

Mau bicara apa?
Sudah aku telan semua kata-kata,
Berguyur dengan kepedihan dan kesenangan yang au campur aduk sesukaku.

Mau lakukan apa?
Sudah aku binasakan semua rencana,
Berkalung benar-salah yang aku susun bergantian sesukaku

Mau apa?
Aku lelah sebenarnya...

MENEPI DI SUDUT

Entahlah

Tapi sepertinya berbeda ku rasa

Tak jenuh menatap

Saat pertama



Dalam tulisan singkat

Sapaku dalam maya dirimu

Tersenyum tanpa terikat

Seperti prolog saja



Rasaku berkata senyummu

Bias tak menentu

Seperti terbalut sendu

Melihat mendung dalam cerahmu



Inginku hanya secuil cerah
Terlukis bibirmu
Berimu serpihan bahagia
Dalam logikaku

Aku bukan pelucu
Tapi kuingin tawamu 
Aku bukan kebahagiaan
 Tapi kuingin hatimu tersenyum

Tak kuingin marahmu
Dalam hadirkan senyummu

Seperti bunglon
Untuk hadirkan senyummu
Agar menjaga hatimu, menjaga rasamu
Sampai aku tak tahu lagi 

Kini telah selesai
Dan aku menepi di sudut
Tak ingin senyummu pergi
Karena aku tahu
Ini akan berujung

Jaga selalu senyum itu
Disini aku menepi di sudut
Tak ingin melihat lagi mendung
Di dirimu dan hatimu
Di bahagiamu saat ini

ILALANG

aku terpana pada ilalang
merunduk malu tertiup angin
melambai terombang ambing
mengajakku menari angin

hanya terduduk saja
lamunanku menjagaku 
terbias dalam rimbun
ikut tertiup

aku ini ilalang
sesuka hati aku menari
dalam hujan, badai atau dalam hangatnya matahari
aku tak peduli

aku ini ilalang
rimbun dalam imajinasi
tinggiku menggapai langit
menutupi padang

YU

hanya sebatas mata
dalam lama berbatas tembok tua
terduduk di kursi
menatap kotak di dalam kotak

senyum dalam anganku
hanya sebatas tembok saja
ternyata. .
dan tak ku kira

kamu di sampingku, aku di sampingmu
beradu punggung
tak menyapa, tak berbicara
karena kita tak tahu

aku hanya tahu dalam mata
sebatas pandangan
dalam lama berbatas tembok tua
menatap kotak di dalam kotak

PUISI 2 KOTA

aku disini
jauh mencari sekeping asa
di sudut ruang terdekap dalam hening
berbicara dalam maya

kamu di sana
dan tak berbeda
terduduk dalam kotak
berbicara dalam maya

selembar syair malammu
dalam dingin angin menggelitik logika
bersama jiwa merangkai sajak
sajak malam teruntuk syair 

ah, malamku ramai dengan sajak
aku hangat dalam syair
beralas bait-bait tergelar
selembar syair dua kota

Pertama

Waktu dan lagu-lagu yang berlalu
searah tapak jalan yang menjadi biru bahasamu
searah sungai kata yang menjadi jingga nuansamu
searah tangkai nada yang menjadi orkestra tarianmu
searah kedipan mata yang menjadi nyala hidupanmu
kita akan bertemu, untuk pertama.